jangan pernah tau


celotehan singkat tanpa ambisi.
aku rindu kamu, boleh kan?
entahlah...
aku tidak terlalu butuh jawaban dan izinmu
nyatanya aku nyaman dengan keadaanku

nyaman, dengan rasa kagum yang datang sendirinya
tanpa tau mengapa harus kepadamu pesawat kekagumanku mendarat
tidak tau mengapa harus kamu
yang terlalu jauh untuk ditemui

ah, walaupun dekat
aku juga tidak akan menemuimu

agak aneh memang
katanya rindu
tapi tak mau bertemu

ya begitulah adanya

aku katakan ini celotehan tanpa ambisi

karena sebenarnya logikaku menolak untuk menyukai dan mengagumimu
tapi entah,
hati begitu memaksa untuk merasakannya

jangan pernah tau,
bahwa kamu adalah tokoh dalam kisahku

jangan pernah

biar saja huruf-hurufku mengeja kisah kita yang melegenda dalam dunianya
dunianya, yang tidak harus menjadi dunia kita

;)

Read Users' Comments (1)komentar

sore

Sore hari ini disirami hujan yang cukup membanjiri pikiranku dengan kerinduan
Entah bagaimana ceritanya, tapi hujan dan rindu itu selalu datang bersamaan

Entah makhluk seperti apa dia
Tapi kerinduan itu terasa begitu memaksa untuk disampaikan

Ya, aku rindu kepada dia...
Yang hanya dengan melihat matanya mampu meleburkan semua kegelisahan
Yang hanya dengan mendengar suaranya membuat semua air mata mengering

Aku rindu kepada dia,
Yang hangat tangannya mampu sembuhkan semua luka

Ah, aku teramat rindu padanya...
Seseorang yang menjadi alasanku untuk selalu bangkit setiap terjatuh.

Ya, dia ....
Yang amat ditindukan seperti hujan merindukan matahari.

:'(

Read Users' Comments (1)komentar

coconut

"sama, tidak pernah berarti saling"
tembok besar itu saksinya, tempat Nay pernah tertangkap basah sedang berbasah-basahan dengan airmatanya sendiri.
"aku baik-baik saja" katanya yang sama sekali tak meyakinkan. lihat saja, airmata itu disertai oleh tawa yang amat dipaksakan. belum lagi berat napasnya yang terasa benar amat begitu dalam.
"all is well Fin.." dia menepuk pipiku dengan memamerkan rentetan giginya yang tetap tidak membuatku percaya. 

wanita buah kelapa, begitulah aku menjulukinya. 

aku paham betul seperti apa dia. 12 tahun bukan waktu yang singkat untuk memahami kebiasaannya. sejak SD kami telah akrab, sama akrabnya sampai hari ini.
sekalipun begitu, tetap saja dia tidak pernah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di hatinya.
untung saja aku punya radar dimana-mana. jadi tidak sulit buatku untuk memahami masalahnya kali ini.

"kan udah aku bilang Fin, ga ada apa-apa... cuma aku yang mengada-adakan masalahnya, semua baik-baik aja Finsa sayang" dia memang amat mahir berpura-pura tegar seperti itu. aku sudah hapal betul. jelas aku tahu, hatinya tergoncang. dia terluka. dia sakit hati. yang aku tidak pernah tau, siapa sebenarnya yang membuatnya begini?

"bukan siapa-siapa" kali ini dia dengan tegasnya mengatakan begitu. aku tidak bisa menebak, ini bagian dari akting atau memang realitanya tidak ada seseorang yang membuatnya begini? sejauh penangkapanku, Nay bukan tipikal pengagum lelaki. bahkan ketika aku berkali-kali terperangkap pesona pangeran-pangerann tampan, dia hanya bergedeg menertawaiku. aku sendiri tidak pernah tahu, lelaki seperti apa yang sebenarnya ia cari.

kali ini aku sudah tidak tahan lagi. dibalik tembok besar itu tidak hanya sekali dua kali aku melihatnya menangis. sesak. tapi selalu dibalutinya dengan senyuman.


ah dasar kelapa... dia memang keras seperti sabut dan batok kelapa. butuh benturan yang keras untuk membuka dalamnya. sama seperti aksi nekatku malam ini. memaksanya dengan jutaan alibiku, sampai akhirnya demi sahabat kecilnya dia mau sedikit membuka kisahnya.

kisah yang akhirnya menenggelamkanku dalam sumur kelapa miliknya. Kaffa namanya, pemuda berkacamata yang selalu terlihat di pojok barat perpustakaan lantai 4. ya, tepat di samping jendela dekat rak 400. rupanya dia, lelaki yang mempunyai kapak tajam untuk memecahkan batok sahabatku ini sampai berkali-kali menangis.

aku menyesal mengetahui kisahnya secara rinci. jujur saja aku justeru malah bingung harus berbuat apa? Kaffa, yang bahkan sekalipun tak pernah menyapa Nay. sementara Nay dibalik tembok besar itu selalu mengintip ke barat, tempat pemuda berkacamata itu duduk. bercengkrama dengan buku-buku sains dan sepasang mata yang saling menatap.

kau tau siapa sepasang mata yang saling menatap?
ah, aku tak sanggup berdiri disini. melihat kisah yang sangat sederhana tapi rumit ini.

benar kata Nay, sama tidak pernah berarti saling...


(bersambung)

Read Users' Comments (0)

Idola yang hilang

kata orang, menjadi tua itu kepastian tapi menjadi dewasa itu adalah pilihan. 
bener juga sih... 
aih ngomong-ngomong masalah tua dan dewasa aku jadi teringat seorng teman.
sebut saja Kim, lelaki super yang sekilas terlihat seperti anak kecil. hobinya mengikuti trend. mencoba banyak hal yang lagi ngehits. terus kalo udah bosen semuanya ditinggal begitu aja deh...
yang merambah dunia pendidikan, dunia organisasi, dunia santri, dunia budaya, dan dunia-dunia lain yang menurutku itu sangat bagus jika memang diseriusi. mengingat dia memang berbakat dalam banyak hal. wajahnya yang pas-pasan itu bukan alasan untuk tidak bisa ngeksis. bahkan menurut banyak orang, suaranya dan kepiawaiannya dalam bertutur kata membuat dia terlihat tampan. hahaha , bener juga sih, 
banyak sih laki-laki yang jauh lebih tampan, tapi ga tau kenapa yang jadi idola itu ya dia...
seorang mahasiswa yang kuliahnya dimana-mana, yang kerjaannya orasi dimana-mana, yang sering kali juga keliatan batang hidungnya ngisi acara di masjid-masjid. namanya juga sering muncul di koran, selain aktivis kampus dan masjid dia juga wartawan salah satu koran lokal. 
eh, jadi kemana-mana ini ceritanya...
 pokoknya Kim itu sesuatu banget deh, menurut survey-ku pada beberapa warga kampus.
tapi suatu ketika, gatau kenapa seorang yang begitu ngeksis bisa-bisanya hilang dari peradaban. seperti yang aku katakan tadi, dia agak labil. bosenan. tapi ini lebih dari sekedar bosen. dia benar-benar menghilang dari peradaban. tidak pernah lagi kulihat garis matanya dikampus, tidak pernah lagi kudengar suaranya mengiang di masjid, tidak pernah lagi kulihat tulisan indahnya di koran. mahkan di sosmed dia juga tak pernah muncul.
bukan cuma aku, katanya orang tuanya juga gak tau dia kemana...

usut punya usut, dia pergi ke suatu tempat nun jauh disana...

tempat yang menurutnya adalah sisi dimana dia menemukan hakikat dirinya,
mengasing, berubah menjadi Kim yang lain. yang tetap dicintai dengan alasan yang lebih istimewa tanpa popularitasnya. dia sempurna bukan Kim yang dulu. Kim yang tidak bicara bila tidak ada pentingnya. ah, aku kaget bukan main, dia berbeda....

#ceritanya masih kaget jadi belum bisa ngelanjutin ceritanya, ini juga cuma iseng-iseng aja sambil nunggu jam kuliah masuk#

Read Users' Comments (0)

sepotong hati

Sepotong hati yang bersembunyi,
Mengintip malu-malu dari balik bilik bergerigi besi...
Sepotong hati yang terpenjara,
Menjerit lirih memanggil namanya tanpa suara...
Sepotong hati yang bisu,
Terbata-bata bercerita dengan bahasa yang beku...
Sepotong hati yang hidup,
Merdeka dalam kungkungan kehidupan yang redup...

Itu dia sepotong hati,
Yang walau sepotong tapi tak mati...
Yang walau sendiri ia tak pergi...
Setia disini, menunggu yang berhak untuk kembali ke sisi


YK, 11 Maret 2015

Read Users' Comments (0)

C-I-N-T-A


dan ketika aku tidak lagi mampu berucap dengan lisanku
adalah ketika tidak ada lagi mengintip wajahmu dibalik siluet dandelion
tentang kita yang semula hanya deburan debu tak bermassa

adalah ketika kita menjadi sesuatu yang tidak kontras dengan cinta
sekalipun definisi telah habis kau pecahkan
mencemburui waktu yang menggandeng puisi bersama langit yang membiru dipagi itu
membiarkanku mengering bersama marmer di lekukan bumi sebelah utara
dan kau telah melebur bersama ombak yang dengan mesra menyentuh dan menenggelamkanmu sampai tak kembali
hari ini
kita kembali menjadi mumi
yang berada ditempat tanpa ketinggian
 diluar waktu
dipinggir siluet mimpi
samar
nyata ataupun tidak
aku merasakannya
ada begitu jauh

begitu dalam, cinta


Read Users' Comments (0)

patah...

pa-tah,
sekarang harapan itu telah patah
kita terlalu kaku untuk mengikuti lenturnya keadaan
dan memaksakannya hanya akan berujung pada kehancuran,
*PA-TAH*

Read Users' Comments (2)